Mayanggaseta

RESI MAYANGGASETA atau Resi Pracandaseta (cerita pedalangan) berwujud kera/wanara putih dan bertempat tinggal di pertapaan Pandansurat, di daerah kerajaan Jodipati, wilayah negara Mertani. Menurut purwacarita, Resi Mayanggaseta masih keturunan Resi Supalawa, kera putih andel kepercayaan Resi Manumayasa/Kanumayasa di pertapaan Paremana, salah satu dari tujuh puncak Gunung Saptaarga. Ketika negara Mertani berhasil ditahklukkan dan dikuasi oleh keluarga Pandawa menjadi negara Amarta, dan kerajaan Jodipati berada dalam kekuasaan Bima/Werkudara, padepokan Pandansurat dimerdekakan, menjadi tanah perdikan yang bebas darti pembayaran pajak atau upeti.

Resi Mayanggaseta pernah diminta bantuannya oleh keluarga Pandawa agar bersedia menari di alun-alun negara Dwarawati sebagai persyaratan memeriahkan upacara perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Wara Sumbadra, adik Prabu Kresna raja negara Dwarawati. Untuk meminta kesediaan Resi Mayanggaseta, Bima mengutus patih Gagakbaka ke pertapaan Pandansurat.

Pada mulanya Resi Mayanggaseta menolak, karena ia merasa dihinakan/direndahkan martabatnya, sebab walau berwujud kera ia seorang brahmana yang juga bisa berbicara dan beradat istiadat sebagaimana manusia. Selain itu ia juga masih keturunan Resi Supalawa, manusia kera kekasih dewata. Namun setelah ia kalah berperang melawan Gagakbaka, Resi Mayanggaseta akhirnya bersedia memenuhi permintaan Bima dan keluarga Pandawa untuk pergi ke negara Dwarawati, memperrtunjukkan kemahirannya menari. Akhir riwayatnya tidak banyak diceritakan. Konon ia mati moksa karena usia lanjut.
LihatTutupKomentar